Jumat, 06 Maret 2015

Materi Pantun



PANTUN
ð Pengertian Pantun
Pantun adalah puisi melayu asli yang sudah mengakar lama di budaya masyarakat. Pantun salah satu jenis karya sastra yang lama. Lazimnya puisi hanya terdiri atas 4 lari (baris) bersajak ab-ab atau aa-aa. Pada awal mulanya pantun merupakan sastra lisan, tapi kini pantun juga ada dalam bentuk tulisan. Keseluruhan bentuk pantun hanyalah berupa sampiran dan isi. Sampiran terletak pada baris pertama dan kedua dan biasanya tidak berhubungan secara langsung dengan bagian kedua. Baris ketiga dan keempat ialah bagian isi yang merupakan tujuan dari puisi tersebut.
 =>  Ciri - ciri pantun
1. Pantun memeliki bait dan baris.
2. Tiap-tiap bait memiliki baris, lazimnya pantun terdiri dari empat baris.
3. Bersajak akhir dengan pola a-b-a-b.
4. Jumlah suku kata tiap baris antara delapan sampai dua belas suku kata.
5. Semua bentuk pantun memiliki dua baris pertama sampiran, dan dua baris terakhir adalah isi.

Contoh pantun berima a-b-a-b
Kalau ada jarum yang patah
Jangan masukkan dalam peti
Kalau ada kata-kataku yang salah
jangan masukkan dalam hati
Contoh pantun berima a-a-b-b
Kura-kura dalam perahu
Pura-pura tidak tahu
Sudah gaharu cendana pula
Sudah tahu bertanya pula


=>  Jenis-jenis Pantun
*) Dilihat Dari Bentuknya
  • Pantun Biasa
Contoh :
Malam hari main kulintang
Ditemani sobat tersayang
Bagaimana hati tidak bimbang
Kepala botak minta dikepang
  • Pantun Seloka (pantun berkait)
Seloka ialah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja, karena pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait.
Ciri-ciri seloka :
  1. Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga di bait kedua.
  2. Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga di bait ketiga.
  3. Dan seterusnya.
Contoh :
Bait I
Taman melati di rumah-rumah (baris I)
Ubur-ubur sampingan dua (baris II)
Kalau mati kita bersama (baris III)
Satu kubur kita berdua (baris IV)

Bait II
Ubur-ubur sampingan dua (baris I)
Taman melati bersusun tangkai (baris II)
Satu kubur kita berdua (baris III)
Kalau boleh bersusun bangkai (baris IV)

  • Talibun
Talibun adalah pantun yang jumlah barisnya lebih dari 4 baris dan satu bait pantun talibun harus genap tiap barisnya, misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
Dengan catatan :
JIka satu bait berisi 6 baris, maka 3 baris pertama ialah sampiran dan 3 baris sisanya ialah isi. Sedangkan untuk sajaknya menjadi a-b-c-a-b-c.
Jika satu bait berisi 8 baris, maka 4 baris pertama ialah sampiran dan 4 baris sisanya ialah isi. Sedangkan untuk sajaknya menjadi a-b-c-d-a-b-c-d.
Contoh pantun seloka 6 baris:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli
Ikan panjang beli dahulu

Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari
Induk semang cari dahulu

  • Pantun Kilat (karmina)
Ciri-cirinya :
1.      Setiap bait terdiri dua baris.
2.      Baris pertama merupakan sampiran, baris kedua merupakan isi.
3.      Bersajak a-a.
4.      Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata.
Contoh:
Dahulu parang, sekarang besi
Dahulu sayang, sekarang benci
*) Dilihat Dari Isinya

1. Pantun anak
Pantun anak adalah pantun yangberisi permainan, hal-hal menyenangkan atau menyedihkan.
2. Pantun Muda-mudi
Pantun Muda-mudi adalah pantun yang berisi perasaan kasmaran atau rasa jatuh cinta.
3. Pantun Jenaka
Pantun Jenaka adalah pantun yang berisi bahan kelakar atau hal-hal yang lucu.
4. Pantun Nasihat
Pantun Nasihat adalah pantun yang berisi nasihatagar menjadi lebih baik.
5. PantunTeka-teki
Pantun teka-teki adalah pantun yang berisi pertanyaan yang meminta orang lain berpikir jawabannya.
JENIS PANTUN MENURUT EFFENDI :
Menurut Effendi (1983:29), pantun dapat dibagi menurut jenis dan isinya yaitu:
1.      pantun anak-anak, berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi:
a.       pantun bersukacita
b.      pantun berdukacita
c.       pantun jenaka atau pantun teka-teki
2.      pantun orang muda, berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi:

A.       pantun dagang atau pantun nasib
b.      pantun perkenalan
c.       pantun berkasih-kasihan
d.      pantun perceraian
3.      pantun orang tua, berdasarkan isinya data dibedakan menjadi:
a.       pantun nasihat
b.      pantun adat
c.       pantun agama

PENJELASAN DAN CONTOH SERTA MAKNA PANTUNNYA

1.         Pantun anak-anak, berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi:
a.         Pantun bersukacita: Pantun yang mengungkapkan perasaan suka cita orang tersebut. Dilontarkan dalam situasi yang suka cita. Dituturkan agar orang yang mendengarnya ikut merasakan suka cita.
Burung merpati burung dara
Terbang menuju angkasa luas
Hati siapa takkan gembira
Karena aku telah naik kelas
Pantun tersebut menggambarkan kegembiraan hati anak-anak yang berhasil naik kelas. Penyampaian pantun itu tentunya dalam suasana yang suka cita. Apabila pantun tersebut dilayangkan, tentu saja membuat yang mendengar merasa turut bersuka cita.
b.      Pantun berdukacita: Pantun yang mengungkapkan kesedihan seseorang. Pantun ini juga dilontarkan oleh seseorang untuk menghapus suasana duka cita yang ada.
Memetik manggis di kota Kedu
Membeli tebu uangnya hilang
Menangis adik tersedu-sedu
Mencari ibu belum juga pulang
Pantun tersebut mewakilkan perasaan anak yang ditinggal oleh orang tuanya. Pantun tersebut dilayangkan dalam situasi yang sedih. Biasanya, anak yang ditinggal orang tuanya tentu akan merasa sedih, dan mungkin mereka bisa mengungkapkannya dalam bentuk pantun.
c.       Pantun jenaka atau pantun teka-teki: Pantun jenaka atau pantun teka teki merupakan pantun yang bertujuan untuk menghibur orang yang mendengar, terkadang dijadikan sebagai media untuk saling menyindir dalam suasana yang penuh keakraban, sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung, dan dengan pantun jenaka diharapkan suasana akan menjadi semakin riang.
Pohon mangis di tepi rawa
Tempat nenek tidur beradu
Sedang menangis nenek tertawa
Melihat kakek bermain gundu
Masyarakat terdahulu menggunakan pantun sebagai media pelipur lara atau menia hiburan. Dapat dilihat dari pantu tersebut, tujuannya juga untuk menambah keakraban penutur dengan pendengarnya.

2.      Pantun orang muda, berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi:
a.                   Pantun dagang atau pantun nasib: Pantun dagang atau pantun nasib merupakan rangkaian kata-kata yang merefleksikan nasib atau keadaan seseorang. Pantun ini biasanya dinyanyikan/dibacakan oleh orang-orang yang berada di perantauan jika mereka ingat akan kampung halamannya atau nasibnya yang tak seberuntung temannya.
Tudung saji hanyut terapung
hanyut terapung di air sungai
Niat hati hendak pulang kampung
apa daya tangan tak sampai

Pantun diatas menggambarkan bagaimana orang yang merantau, berada jauh dari kampung halamannya, sangat merindukan kampungnya. Disini tergambar bahwa masyarakat daerah merantau untuk mencari uang ataupun belajar, jauh dari keluarga, namun mereka tak lupa dengan tempat asal mereka. Mereka bertahan di tempat rantau demi mencapai tujuan.


b.      Pantun perkenalan: Pantun yang berisi ungkapan untuk mengenal seseorang dan ucapannya berupa pantun.
Dari mana hendak kemana
Manggis dipetik dengan pisau
Kalau boleh kami bertanya
Gadis cantik siapa namamu
Pantun tersebut menggambarkan bagaimana keinginan seseorang untuk berkenalan dengan orang yang ditemuinya. Dalam hal ini, kearifan local yang dapat ditemui yakni masyarakat sangat gemar membuka tali pertemanan, suka mengenal satu sama lain. Apabila ia bertemu dengan seseorang yang menarik perhatiannya, ia akan menanyakan hal awam untuk menjalin tali pertemanan, agar mereka menjadi lebih akrab.
c.       Pantun berkasih-kasihan: Pantun yang berisi ungkapan yang ditujukan pada orang yang dicintainya.
Jalan lurus menuju Tuban
Terus pergi mengangkat peti
Badan kurus bukan tak makan
Kurus memikir si jantung hati
Pantun tersebut dituturkan oleh seseorang kepada pasangannya. Pantun berkasih-kasihan berisikan hal yang ingin diungkapkan kepada pasangan, atau pun sebagai sarana untuk merayu pasangannya. Pantun tersebut menggambarkan rasa cinta seseorang terhadap pasangannya dan membuat ungkapan yang berlebihan bahwa badannya kurus karena memikirkan kekasihnya. Hal tersebut tentunya akan membuat sang kekasih merasa tersentuh dan kenambah keharmonisan hubungan.
d.         Pantun perceraian: Pantun yang berisi ucapan perpisahan atau perceraian. Pantun ini dilontarkan ketika kedua pasangan sedang memiliki masalah dan mungkin berniat untuk berpisahataupun diputuskan hubungannya.
Jaga tugu di tengah jalan
Menjala ikan mendapat kerang
Tega nian aku kau tinggalkan
Hidup di dunia hanya seorang
Pantun perceraian tersebut menggambarkan kegundahan seseorang karena ditinggal oleh pasangannya.
3.      Pantun orang tua, berdasarkan isinya data dibedakan menjadi:
a.       Pantun nasihat:  Rangkaian kata-kata yang mempunyai makna mengarahkan atau menegur seseorang untuk menjadi lebih baik.Pantun nasehat dari jaman ke jaman mengalami perkembangan, pada awal mulanya pantun hanyalah karya lisan yang spontan terucap dari orang yang kreatif.
Bau paku sedin telabah
Buaq randu masak odaq
Pacu-pacu pada sekolah
Jari sangu sak uwah toak

Memetik paku dekat selokan
Buah kapuk matang muda
Rajin-rajinlah bersekolah
Jadi bekal ketika tua

b.      Pantun adat:  pantun yang menggunakan gaya bahasa bernuansa kedaerahan dan kental akan unsur adat kebudayaan tanah air. jenis pantun ini bertutur lebih kepada kearifan lokal dimana pantun adat tersebut beredar,masing masing daerah di Nusantara ini pasti memiliki pantun adat yang berbeda beda.
Menanam kelapa di pulau Bukum
Tinggi sedepa sudah berbuah
Adat bermula dengan hukum
Hukum bersandar di Kitabullah

Pantun tersebut jelas menggambarkan adat istiadat melayu dimana hukumnya berujung atau bermula dari kitabullah atau alquran. Kearifan local yang terkandung yakni tentang aturan adat yang bertumpu pada alquran. Sebagian besar orang Indonesia memeluk agama islam. Aturan adat yang ada tentunya merujuk pada ajaran islam. 
c.       Pantun agama: pantun yang didalamnya mengandung kata-kata nasehat atau petuah yang memiliki makna mendalam sebagai sebuah pedoman dalam menjalani hidup, yang biasanya berisi kata kata yang bisa mendorong kita untuk berbuat yang tidak melanggar aturan agama baik untuk kepentingan diri maupun bagi orang lain.
Aqu lalo beli tembage
Te ngadu ngelim parang
Lamun mele tame surge
Girang-girang ngaji sembahyang

Saya pergi beli tembaga
Saya pakai untuk merekatkan parang
Apabila ingin masuk surge
Sering-sering mengaji dan sembahyag

            Dari baris pertama dan kedua memiliki keterhubungan yang saling berkaitan. Keterhubungan antara baris pertama dengan baris kedua sangat erat, karena pada baris pertama menjelaskan mengenai apa yang digunakan, sedangkan baris kedua menjelaskan mengenai sebab. Sehingga sampiran pada lelakaq ini merupakan keterhubungan sebab-akibat antara baris pertama dan baris kedua.
            Selanjutnya pada isi lelakaq kalimat pada baris ketiga berbunyi “lamun mele tame surge”. Apabila dilihat secara kata perkata, maka kata ”lamun” berarti kalau, kata “mele” berarti ingin, dan kata “surge” berarti surga. Dari kata tersebut maka arti seluruhnya pada kalimat di baris ketiga ini adalah “ kalau ingin masuk surga”. Kata-kata tersebut dapat dilihat dari artinya akan memiliki makna yang sangat luas dan mendalam. Dari hal tersebut maka akan lebih mudah untuk menggali makna sebenarnya dari kalimat lelakaq pada baris ketiga ini.
            Dan kalimat pada baris keempat pada lelakaq tersebut berbunyi “girang-girang ngaji sembahyang”. Apabila diartikan secara kata-perkata, maka kata “girang-girang” berarti sering-sering, kata “ngaji” berarti membaca Al-Quran, dan kata “sembahyang” dapat berarti sholat. Maka apabila diartikan secara sepenuhnya maka dapat diartikan “ sering-sering membaca Al-Quran dan sholat. Kalimat tersebut sesuai dengan apa yang dipaparkan oleh kalimat pada baris ketiga tersebut. Sehingga dari hal tersebut maka secara arti kata maka kalimat pada baris ketiga dan keempat sesuai dan saling berhubungan.
Kearifan lokal yang terkandung dalam Lelakaq ini jelas sekali mengenai ajaran agama. Pesan yang terkandung yaitu apabila kita ingin masuk surga, sering-seringlah kita mengaji (Membaca Alquran) serta Sembahyang (Shalat lima waktu dan shalat sunnah). Dari lalekaq tersebut jelas sekali terlihat bahwa masyarakat sasak sebagian besar merupakan pemeluk agama yang kuat. Mereka menanamkan nilai-nilai agama dalam banyak pantun mereka. Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Ia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar